Relay merupakan switch yang dioperasikan secara listrik. Definisi ini tidak membatasi cakupan antara solid state (semikonduktor) relay dan elektromagnetik relay atau gabungan keduanya.
The National Association of Relay Manufacturers (NARM) mendifinisikan Relay adalah sebuah alat kontrol listrik untuk membuka dan menutup kontak-kontak listrik yang mempengaruhi operasi dari suatu alat lain yang dikontrolnya dalam rangkaian yang sama atau rangkaian lain. Solid State Relay (SSR) adalah suatu alat tanpa ada bagian yang bergerak yang mempunyai fungsi seperti relay atau switch.
Elektromagnetik relay didefinisikan sebagai sebuah relay yang beroperasi atau reset selama ada pengaruh elektromagnetik yang disebabkan oleh aliran arus pada coil yang membuat beroperasinya kontak-kontak kontrol.
JENIS-JENIS RELAY
Klasifikasi Relay OMRON berdasarkan fungsinya :
1. General Purpose relays
2. Power Relays
3. Special Purpose Relay
4. PCB Relay
Klasifikasi Relay OMRON berdasarkan fungsinya :
1. General Purpose relays
2. Power Relays
3. Special Purpose Relay
4. PCB Relay
Power Relay digunakan bersama dengan socket, beroperasi pada arus DC dan AC.
Yang termasuk pada jenis ini adalah :
- LY 1,2,3,4 (Menunjukkan banyaknya pole)
- MK2P, 3P (2 pole dan 3 pole)
- G7L (1 pole)
Perbedaan lain selain jumlah pole adalah ukuran (dimensi), bentuk cassing, dan kualitas.
Beberapa aplikasi dari relay :
1. Untuk jenis power relay banyak digunakan pada mesin-mesin industri.
2. Untuk jenis PCB aplikasinya tergantung dari load yang akan digunakan.
Relay G5S banyak digunakan pada AC (air conditioner) dan kulkas.
o Relay G5PA banyak digunakan pada radio, TV.
o Relay G8P banyak digunakan pada lampu-lampu mobil, mesin cuci.
KARAKTERISTIK RELAY
1. Mechanical Characteristic
A. Contact Pressure (CP)
Adalah tekanan antara 2 contact ketika bersentuhan. CP juga berhubungan dengan CR dan OV. Bila CP tinggi, arching (loncatan listrik antara 2 contact yang berdekatan) hanya terjadi sedikit. Bila CP rendah, contact hanya saling bersentuhan saja (tidak bersentuhan dengan kuat), CR menjadi tinggi dan arching akan banyak terjadi. Hal ini
1. Mechanical Characteristic
A. Contact Pressure (CP)
Adalah tekanan antara 2 contact ketika bersentuhan. CP juga berhubungan dengan CR dan OV. Bila CP tinggi, arching (loncatan listrik antara 2 contact yang berdekatan) hanya terjadi sedikit. Bila CP rendah, contact hanya saling bersentuhan saja (tidak bersentuhan dengan kuat), CR menjadi tinggi dan arching akan banyak terjadi. Hal ini
menyebabkan permukaan contact menjadi panas dan meleleh, sehingga merusak contact.
B. Armature Follow
Jarak gerakan armature antara setelah contact menyentuh stationary contact sampai armature menyentuh Core. Secara tidak langsung ia menentukanOV dan CP.
2. Electrical Characteristic
A. Operate Voltage (OV)
Adalah nilai tegangan minimum yang diperlukan oleh relay untuk bekerja/berfungsi. Contoh : LY 220/240 V AC Spec. dari OV sampai 73% max Berarti relay harus sudah berfungsi pada nilai maksimum 161 Volt. Bila OV melebihi spec, berarti inferior (rusak).
A. Operate Voltage (OV)
Adalah nilai tegangan minimum yang diperlukan oleh relay untuk bekerja/berfungsi. Contoh : LY 220/240 V AC Spec. dari OV sampai 73% max Berarti relay harus sudah berfungsi pada nilai maksimum 161 Volt. Bila OV melebihi spec, berarti inferior (rusak).
B. Release Voltage (RV)
Adalah nilai tegangan pada saat relay mulai tidak berfungsi (release). Nilai tersebut diperoleh ketika tegangan terukur (rated voltage) yang ada pada coil relay yang sedang berfungsi, diturunkan perlahan.
Contoh : LY 24 V DC Spec. dari RV sampai 10% min.
Berarti relay harus sudah berfungsi pada tegangan lebih rendah dari 2,4 Volt. Bila RV lebih kecil dari 2,4 volt untuk kembali ke posisi NC (normally closed), berarti inferior.
C. Rated Current (RC)
Adalah nilai arus ketika tegangan terukur (rated voltage) diberikan pada coil. Bila relay dioperasikan pada arus bolak-balik (AC), arus diperiksa pada frekuensi 60 Hz. Contoh : LY AC 24 V Spec. dari RC 37,7 mA min sampai 52 mA max. Berarti relay pada tegangan 24 V (rated voltage), arus terukur ada di antara 37,7 dan 52 mA.
D. Coil Resistance
Adalah nilai hambatan dari Coil .Coil resistance terutama berhubungan dengan arus terukur (rated current), yang secara tidak langsung mempengaruhi OV dan RV. Coil resistance dipengaruhi oleh :
1. Dimensi wire (diameter dan panjang wire), diameter wire berbanding terbalik
dengan tahanan coil,panjang wire berbanding lurus dengan tahanan coil
2. Jumlah lilitan wire, jumlah lilitan wire berbanding lurus dengan tahan coil.
E. Contact Resistance (CR)
Contact adalah jembatan bagi arus listrik untuk mengalir dari satu terminal ke terminal yang lain. Contact resistance adalah nilai hambatan antara 2 contact. Hambatan pada kontak yang tinggi akan menghambat mengalirnya arus listrik, yang dapat menimbulkan panas.
Contact adalah jembatan bagi arus listrik untuk mengalir dari satu terminal ke terminal yang lain. Contact resistance adalah nilai hambatan antara 2 contact. Hambatan pada kontak yang tinggi akan menghambat mengalirnya arus listrik, yang dapat menimbulkan panas.
F. Insulation Resistance (IR)
Adalah nilai hambatan yang dimiliki material isolator ketika tegangan diberikan antara sirkuit elektrik seperti contact relay atau coil dan bahan logam isolator seperti iron core atau yoke yang dihubungkan dengan bumi.
G. High Voltage (HV)
Adalah nilai kritis dimana suatu bahan dielektrik tidak terpengaruh ketika tegangan tinggi diberikan selama 1 menit antara point-point yang sama seperti dilakukan pada insulation resistance.
High voltage test ini dilakukan untuk memeriksa antara :
1. Contact ke Contact
2. Contact ke Yoke
3. Coil ke Yoke
4. Coil ke Yoke
5. Contact ke Coil
6. Pole ke Pole.
Adalah nilai kritis dimana suatu bahan dielektrik tidak terpengaruh ketika tegangan tinggi diberikan selama 1 menit antara point-point yang sama seperti dilakukan pada insulation resistance.
High voltage test ini dilakukan untuk memeriksa antara :
1. Contact ke Contact
2. Contact ke Yoke
3. Coil ke Yoke
4. Coil ke Yoke
5. Contact ke Coil
6. Pole ke Pole.
H. Contact Gap
Contact gap adalah jarak antara 2 permukaan contact. Jarak antara contact ini mempunyai nilai tertentu (range), yaitu 2,05 < GAP < 2,20 mm. Bila contact gap terlalu kecil menyebabkan HV terjadi, bila contact gap terlalu besar menyebabkan CP terlalu rendah.
PRODUCT TESTING
1. Coil temperature rise
Test ini dilakukan dengan cara memberikan tegangan AC kepada coil selama 2 jam, setelah itu diukur kenaikan temperaturnya dengan mengetahui terlebih dahulu temperatur awal pengetesan. Untuk relay yang beroperasi dengan tegangan DC, maka metode pengetesan yang dilakukan dengan menggunakan coil resistance methode, yaitu mengetahui kenaikan temperatur dari resistansi coil itu sendiri.
1. Coil temperature rise
Test ini dilakukan dengan cara memberikan tegangan AC kepada coil selama 2 jam, setelah itu diukur kenaikan temperaturnya dengan mengetahui terlebih dahulu temperatur awal pengetesan. Untuk relay yang beroperasi dengan tegangan DC, maka metode pengetesan yang dilakukan dengan menggunakan coil resistance methode, yaitu mengetahui kenaikan temperatur dari resistansi coil itu sendiri.
Kenaikan temperatur dapat diketahui dengan rumusan :
T = (R2-R1)/R1 * ((234,5+t1)-(t2-t1))
T : Coil temperature rise
R1 : DC resistance of coil pada temperatur awal (t1)
R2 : DC resistance of coil pada temperatur pengetesan (t2)
Pengetesan ini tergantung insulation class dari tiap jenis relay, dengan menggunakan
standar UL yaitu:
Kelas A temperatur index-nya 1050
C (coil temp. (850
C) + temp. awal (200
C))
Kelas B temperatur index-nya 1300
C (coil temp. (600
C) + temp. awal (700
C))
Kelas F temperatur index-nya 1550
C
2. Contact temperature rise
Adalah tingkat kenaikan temperatur yang diukur pada saat terjadi kontak antara dua contact yang menghubungkan atau yang memutuskan arus. Diukur dengan menggunakan termometer methode, yaitu menggunakan thermocouple.
3. Terminal temperature rise
Hampir sama dengan contact temperature rise, tapi yang diukur adalah kenaikan suhu pada terminal.
4. Withstand Voltage
Pengetesan ini hampir sama dengan high voltage.
Pengetesan ini hampir sama dengan high voltage.
5. Impulse voltage
Pengetesan yang dilakukan dengan memberikan tegangan tinggi sebesar 8000 V, tapi dalam waktu yang cukup singkat. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kerusakan yang terjadi pada bahan insulation atau tidak.
6. Temperature resistance
A. Heat accumulation
Yaitu membiarkan relay pada temperatur 850 C +/- 20 selama 16 jam tanpa adanya tegangan yang diberikan ke relay (tidak beroperasi). Lalu relay ditempatkan pada temperatur ruangan selama 2 jam, kemudian diperiksa perubahan karakteristiknya.
B. High-temperature operation
Mengoperasikan relay pada batas temperatur yang dimilikinya (temperatur tinggi), lalu membiarkannya selama 2 jam, kemudian diperiksa tegangan coil, dan tegangan operasinya, kemudian tegangan diputuskan pada saat temperatur tinggi juga.
7. Cold resistance
A. Cold accumulation Yaitu membiarkan relay pada temperatur -550 C +/- 30
selama 72 jam tanpa adanya tegangan yang diberikan ke relay (tidak beroperasi). Lalu relay ditempatkan pada temperatur ruangan selama 2 jam, kemudian diperiksa perubahan karakteristiknya.
B. Low temperature operation
Mengoperasikan relay pada batas temperatur yang dimilikinya (temperatur rendah), lalu membiarkannya selama 2 jam, kemudian diperiksa tegangan coil, dan tegangan operasinya, kemudian tegangan diputuskan pada saat temperatur rendah juga.
A. Cold accumulation Yaitu membiarkan relay pada temperatur -550 C +/- 30
selama 72 jam tanpa adanya tegangan yang diberikan ke relay (tidak beroperasi). Lalu relay ditempatkan pada temperatur ruangan selama 2 jam, kemudian diperiksa perubahan karakteristiknya.
B. Low temperature operation
Mengoperasikan relay pada batas temperatur yang dimilikinya (temperatur rendah), lalu membiarkannya selama 2 jam, kemudian diperiksa tegangan coil, dan tegangan operasinya, kemudian tegangan diputuskan pada saat temperatur rendah juga.
8. Humidity resistance
Relay disimpan pada temperatur 400 C +/- 20 dengan kelembaban udara sekitar 90% sampai 95% selama 48 jam terus-menerus. Lalu relay dikembalikan dalam kondisi normal dan temperatur ruangan selama 2 jam, kemudian diperiksa perubahan karakteristik yang terjadi.
9. Thermal shock
0 Response to "B. RELAY"
Posting Komentar